Daydream

Pagi-pagi yang cerah.  Seorang anak gadis berambut merah hanya terdiam.  Terduduk.  Menumpukan dagunya dikedua tangannya.  Matanya yang berwarna biru, memandangi matahari yang seakan mengejek.  Kesal terasa.  Hari demi hari yang terus dijalani tanpa adanya rasa, kesan, dan suasana yang berbeda.  Bosan.  Lelah.

Teng.  Teng.  Teng.

Jam besar berdentang sebanyak delapan kali.  Memecahkan suasana hening.  Mimosa terbangun dari lamunannya–daydream.  Manik birunya dibiarkan memandang sebuah alat musik berdawai yang tergeletak disampingnya dan tak berdaya diatas bungkusnya.  Sebuah viola yang selalu menemaninya kemanapun.  Sahabat bisu bagi dirinya.  Tapi, saat ini, tidak ada ketertarikan baginya untuk memainkan nada-nada.

Bosan.  Bosan.  Bosan.  Kata-kata itu telah terpatri dalam pikirannya.  Keinginan untuk melepaskan diri dari sangkar sudah tak tertahan.  Mimosa menegakan diri.  Merapikan pakaiannya.  Dilanjutkan dengan memasukan sang viola kedalam covernya.  Mimosa perlahan keluar dari ruangan latihannya, melalui jendela.  Melepaskan diri dari pengawasan butler-nya yang menunggu di depan ruangan.  Perlahan.  Perlahan.  Mengendap-endap seakan kucing.  Sesekali memperhatikan sekitarnya.  Bersembunyi ketika melihat pelayan-pelayan rumah.

Sedikit lagi.  Sedikit lagi.

***

Terlepas dari sangkar.  Mencoba untuk membentangkan sayap, ditempat yang tak terlalu dikenal olehnya.  Berjalan.  Terus berjalan.  Tak tentu arah.  Terkadang mengikuti arah angin, terkadang mengikut kucing yang melenggok santai.  Langkah-langkah kecil terus diayunkan.  Rasa kagum tak terhentikan.  Melengok ke kanan dan ke kiri, seakan anak hilang.  Memperhatikan setiap toko yang dilewatinya, setiap orang yang tak dikenal, dan setiap sudut gang kecil yang mampu terlihat oleh matanya.

Perjalanan diri yang sangat menyenangkan.  Tapi, lelah sudah terasa.  Matanya menatap taman yang dipenuhi dengan pepohonan.  Memperhatikan anak-anak yang tidak terlalu jauh berbeda usai dengannya bermain riang.  Dan memutuskan untuk beristirahat disana.  Mimosa melangkahkan kakinya, memasuki wilayah taman tersebut.  Kemudian mengenyakan diri diatas kursi panjang berwarna putih.  Membiarkan sahabat bisunya terdiam dipanngkuan.  Memejamkan mata sebentar.  Mendengarkan dengan seksama suara-suara disekeliling.  Membentuk nada-nada tak beraturan.

“Selamat ulang tahun!!”

Kata-kata yang membuat tersadar.  Suara anak kecil yang begitu riang mengucapkan selamat ulang tahun kepada temannya.  Hadiah-hadiah begitu banyak diterima oleh anak yang berulang tahun.  Mimosa tersenyum simpul memperhatikan mereka.  Mengingatkan ulang tahun dirinya.  Hari kelahiran.  Hari ini tepat, dirinya telah dua belas tahun berada di dunia ini.  Tapi, itu bukanlah hal penting.  Dia sama sekali tidak peduli dengan hal itu.

Manik birunya memandang cover viola.  Membelai lembut.  Membuka kunci dari cover yang membungkus teman bisunya.  Menatap teman bisu dihadapannya.  Mimosa bangkit dari tempatnya mengenyakan diri.  Meletakan cover berisi viola diatas kursi putih.  Mengambil penggesek, dan mengangkat sang viola.  Mimosa telah meletakan viola pada posisi.  Tersandar dibahunya. Dan mulai melantunkan nada-nada Happy birthday.  Membuat anak-anak kecil yang sedang berceloteh riang mengalihkan perhatiaanya.  Mereka berlari mendekati Mimosa.  Menatap dengan rasa ingin tahu dan bahagia.  Terdiam menikmati setiap nada yang keluar.  Dan kembali berceloteh riang ketika lagu selesai.

“Hebat!  Hebat!” ucap anak-anak kecil itu.  Mimosa yang menyadari keberadaan mereka, langsung menyesuaikan tinggin badannya dengan anak-anak itu.  Tersenyum.

“Jadi?  Siapa yang berulang tahun?” tanya Mimosa.

“Nicole,” jawab mereka.  Kompak.

“Hm, Nicole.  Selamat ulang tahun ya.”

“Iya!!!” Jawab Nicole.  “Terima kasih ya kak!”

Mereka segera kembali kepada orang tua mereka.  Mimosa hanya bisa menatap kepergian mereka.  Dan membalas melambaikan tangan.  Rasa iri terasa.  Terlalu menyesakan.  Terlalu menyedihkan.  Membuat air mata tergenang.  Dia mendengakan kepala, sebagai usaha menahan air mata agar tidak mengalir.

“Nona Mimo!” terdengar suara familiar ditelinganya.

Neicht?  Ada apa?  Ah, celaka.  Teringat akan usahanya melarikan diri.  Namun, tidak ada usaha dari dirinya untuk melarikan diri kembali.  Mimosa hanya tetap berada ditempatnya.  Mengembalikan temannya pada cover.  Tetap bersikap tenang.  Seakan tidak ada hal apapun.

“Ada apa? Neicht,” tanya Mimosa.

“Kenapa Nona berpergian sendiri? Tanpa ada saya yang menemani.  Ini berbahaya, Nona,” ucap Neicht.

“Ya, ya.  Aku tahu.  Mari pulang.”

“Tapi, sebelum itu.  Nona,” ucap Neicht sambil mendekatkan diri kepada Mimosa.  “Terimakasih karena telah dilahirkan,” bisiknya.

Mimosa terkaget.  Ucapan yang begitu lama ingin didengarnya.  Membuat air mata mengalir begitu saja.  Perlahan mendekatkan diri kepada Neicht dan memeluknya.  Neicht hanya bisa terdiam sambil tersenyum dan mengusap lembut kepala Mimosa.

 

Terimakasih karena telah dilahirkan

Mikroteknik Hewan

Mikroteknik merupakan suatu ilmu yang mempelajari metode atau prosedur pembuatan preparat mikroskopik. Namun, pendekatan secara teoritis pada pembelajaran mengenai mikroteknik, tidak memadai untuk pemahaman secara menyeluruh mengenai mikroteknik. Pembelajaran mengenai mikroteknik, lebih menekankan pembelajaran pada wilayah aplikatif, meskipun pada dasarnya teoritis juga dibituhkan sebagai suatu petunjuj yang harus dilalui agar pembuatan sediaan sesuai dengan prosedur kerja (Dzaif 2010: 1).
Pada mikroteknik, terdapat beberapa jenis teknik dalam pembuatan praparat, yaitu:
1. Whole mount
Yaitu penyiapan sediaan yang terdiri atas keseluruhan organ tubuh organisme secara utuh.
2. Smear
Yaitu penyiapan sediaan preparat dengan cara dioleskan.
3. Squash
4. Section
5. Marserasi
Jenis teknik tersebut digunakan tergantung kepada kebutuhannya masing-masing (Dzaif 2010:1; Djukri 20017:1).
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam pembuatan preparat awetan adalah fiksasi, dehidrasi, clearing (penjernihan), embedding, pencetakan, dan pewarnaan. Fiksasi merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mempertahankan kondisi jaringan (Gunawan 2009:1). Tujuan dari fiksasi adalah untuk mempertahankan morfologi sel seperti semula, untuk mencegah terjadinya otolisis, dan untuk mencegah pertumbuhan bakteri atau jamus. Beberapa jenis bahan yang biasa digunakan sebagai bahan penfiksasi suatu jaringan., yaitu formalin, alkohol, larutan carnoi, larutan zenker, larutan helly, larutan bouin, larutan susa, omium, dan glutaraldehyde (Sudiana 2005: 1).
Dehidrasi pada pembuatan preparat awetan bertujuan umenarik air dari dalam jaringan secara perlahan-lahan gara jaringan tidak mengalami pengkeruta. Bahan yang digunakan adalah etaol dengan konsentrasi yang dinaikan bertahap Setelah pendehidrasian, selanjutnya dilakukan proses clearing. Bahan yang biasa digunakan, antara lain xylol,toluol, kloroform, dan benzen. Bahan-bahan tersebut berguna sebagai mediator antara larutan dehidrasi yang digunakan dengan larutan embeding yang akan digunakan. Proses penghilangan larutan dehidran dalam jaringan yang disertai dengan proses infiltarasi larutan embedding ke dalam jaringan disebut sebagai impregnasi. Bahan impregnasi tergantung pada jenis bahan embedding yang akan digunakan, antara lain parafin, carbowax, cellidin, double embedding, epon, dan sintetik resin (Sudiana 2005: 6).
Pewarnaan pada preparat dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pewarnaan umum dan pewarnaan khusus. Pewarnaan umum yaitu pewarnaan yang hanya untuk membedakan antara bagian inti dan sitoplasmanya. Jenis bahan yang iasa digunakan dalam pewarnaan umum adalah hematoksilin-eousin (HE). Pewarnaan khusus adalah pewarnaan yang digunakan untuk melihat satu macam jenis organel atau untuk membedakan jaringan tertentu. Beberapa metode yang digunakan dalam pewarnaa khusus adalah gomori, PAS (periodic acid schiff), imunohistokimia, dan apotag. Prinsip dari pewarnaan jaringan adalah brdasarkan pada afinitas antara zat warna dengan bahan yang diwarnai (Sudiana 2005: 17).

Daftar acuan:
Djukri. 2007. Pengantar mikroteknik. 28 November 2007. . http://www.mikroteknik.info/. 5 Mei 2011. pk 20.08 WIB.
Dzaif, Z. 2010. Preparat Wholemount Kutu Daun Bunga. 29 Juni 2010. http://www.blog pendidikanbiologi. preparat+wholemount/ 5 Mei 2011. pk. 19.45 WIB.
Gunawan, Y. 2009. Histologi. 6 November 2009. http://www.eching.mikroteknik/ 5 Mei 2011. pk 19.15 WIB.
Sudiana, K. I. 2005. Teknologi Ilmu Jaringan dan Imunohistokimia. CV Sagung Seto, Jakarta: i + 51 hlm.

Pulau Komodo

Mau jalan-jalan ke pulau komodo gratis??

Klik LINK ini..

Ayo buruan!!Sebelum kehabisan!

 

Karbohidrat

Karbohidrat tersebar luas baik dalam jaringan hewan maupun dalam jaringan tumbuhan. Dalam tumbuh-tumbuhan karbohidrat dihasilkan oleh fotosintesis dan mencakup selulosa pati serta pada jaringan hewan karbohidrat dalam bentuk glukosa dan glikogen.

Karbohidrat didefinisikan sebagai derivat alkohol atau keton dari alkoholpolihidroksil atau senyawa-senyawa yang pada hidrolisis menghasilkan derivat-derivat tersebut.

Pada umumnya karbohidratmerupakan zat padat berwarna putih yang sukar larut dalam pelarut organik, tetapi larut dalam air (kecuali beberapa polisakarida).

Karbohidrat dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu: monosakarida, disakarida, oligosakarida dan polisakarida.

Monosakarida

Adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi bentuk yang lebih sederhana. Monosakarida dapat dibedakan berdasarkan banyaknya atom pada molekulnya. Misalnya, triosa dengan 3 atom C, tetrosa dengan 4 atom C, pentosa dengan 5 atom C, heksosa dengan 6 atom C dan heptosa dengan 7 atom C. Selain itu, dibedakan pula berdasarkan gugus aldehid atau gugus keton yang dikandungnya menjadi aldosa dan ketosa. Monosakarida meliputi glukosa, galaktosa, manosa, fruktosa, dsb.

Disakarida

Merupakan karbohidrat yang dapat diuraikan menjadi 2 monosakarida.

Oligosakarida

Merupakan karbohidrat yang dapat diuraikan menjadi 3 sampai 10 monosakarida.

Polisakarida

Merupakan polimer yang terdiri atas unit-unit monosakarida, dan bila dihidrolisis menghasilkan lebih dari 10 molekul monosakarida. Glikogen dan amilum merupakan polimer glukosa

Pati/Amilum

Yang terdapat dalam alam tidak larut dalam air dan memberikan warna biru sengan iodium. Pada hidrolisis dibentuk glukosa sebagai zat akhir. Hidrolisis pati terjadi pemanasan dengan asam encer dimana berturut-turut akan dibentuk amilodekstrin yang memberi warna biru dengan iodium, eritrodekstrin yang memberi warna merah dengan iodium, serta berturut-turut akroodekstrim,maltosa dan glukosa yang tidak memberi warna dengan iodium.

Glikogen

Terdapat pada hewan, molekulnya lebih kecil dari pada amilum, glikogen tidak mereduksi larutan benedict dan dengan iodium memberikan warna merah.

My World

Lelah aku rasa.  Mereka—ayah dan ibuku–kambali bertengkar.  Pertengkaran yang tiada hentinya.  Aku menutup kedua telingaku,  memejamkan mataku.  Kubiarkan tubuhku tenggelam dalam gelapnya.  Kubiarkan sudut-sudut tembok menjadi temanku.  Biarkan hidup ini menjadi tenang.  Biarkan aku kembali kemasa lalu.  Saat-saat dimana kami bertiga berkumpul, bersenda gurau,  berjalan-jalan bersama.  Kapan saat itu kembali?  Doa-doa terus kupanjatkan.  Harapan terus ku haturkan.  Tapi, hanya tinggal waktu yang akan memisahkan kami bertiga.

Kapan mereka lelah bertengkar?

Kapan mereke berbaikan?

Kapan kehidupan yang dulu kembali kepadaku?

Broken home.  Mungkin itu yang sedang kurasakan saat ini.  Semenjak saat itu—saat yang tak kutahu—aku mulai berhenti berbicara dengan mereka.  Mereka mulai bertengkar.  Aku mulai menghindari mereka.  Bukan keinginanku.  Hanya saja suasana menjadi sangat dingin.  Aku tidak senang.  Makan bersamapun sudah tidak dapat kurasakan kebersamaan.  Apakah ini keluarga?  Ini keluargaku, tapi aku sama sekali tidak merasakan adanya rasa kekluargaan.  Sudah, aku tidak tahan.  Aku telah menutup telingaku untuk tidak mendengar apa yang mereka teriaki.  Tapi, ternyata suara mereka mampu menembus sela-sela jemari yang ikut serta menutupi telingaku.  Kubuka telingaku, kubuka mataku, kutegakan tubuhku.  Kuraih sepatu yang sudah kusediakan semenjak pertengkaran itu meledak.  Kuraih jaket yang terkulai lemas di atas kasur.  Kubuka jendela kamarku.  Kamarku berada dilantai dua, meskipun begitu mudah bagiku untuk kabur dari rumah.  Kuloncati jendela kamarku.  Dan kemudian kututup jendela kamarku, perlahan.  Dengan cepat aku berjalan melompati pohon di samping kamarku.  Kuloncati pagar rumahku.  Tidak ada niat aku melewati depan rumahku.  Kubiarkan kakiku melangkah.  Melangkah dengan bebas menuju tempat yang kuketahui.  Taman tempat favoritku untuk menyendiri.

Angin malam berhembus lembut, menyentuh kulitku.  Sedikit merasakan dinginnya malam, tapi ini lebih tenang dibandingkan dirumah.  Kupandangi langit malam ini.  Kupandangi bintang-bintang yang bersinar terang dilangit.  Ssngta berbeda dengan suasana hatiku.  Malam ini begitu cerah.  Bulan pun bercahaya dengan sangat indah dan berbentuk bulat penuh.  Tidak ada hal yang kupikirkan, hatiku tenang.  Seandainya hal ini juga dapat kurasakan dirumah.  Tapi, untuk sekarang ini tidak mungkin.  Ah, aku tiba ditempat biasanya aku menyendiri.  Aku memilih untuk duduk diayunan.  Kutundukan kepalaku, kemudian kupejamkan mataku.

Tuk.

Tuk.

Sesuatu berjatuhan diatas kepalaku.  Kubuka kedua mataku.  Aku melihat origami bintang tergeletak di sekitar kakiku.  Dari mana ini?  Aku melihat ke kanan dan kiri ku.  Tidak ada seorang pun yang terlihat.  Apakah ada yang salah dengan mataku?  Kuambil satu origami bintang yang tergeletak tak berdaya.  Kupandangi.  Lalu, aku menyadari ada bayangan dua orang dibelakangku.  Kupalingkan wajahku untuk melihat mereka.  Dan dalam sekejab, hujan bintang terjadi tepat diatas kepalaku.  Indah.  Aku menyadari mereka, dua orang sahabatku.  Dua orang yang terbaik bagiku.  Temanku yang tak tergantikan.  Teman yang selalu memberiku semangat dan selalu melindungku.  Teman yang selalu setia mendengarkan keluh ku.  Mereka tertawa melihat tingkah laku ku yang terkaget dengan kehadiran mereka.  Tawa mereka belum juga berhenti.  Dan aku pun ikut tertawa.  Hatiku penuh dengan rasa bahagia.

Mereka menepuk kepalaku.

“Kamu tidak sendirian,” ucap mereka bersamaan.  Sepatah kata yang membuatku kehabisan kata-kata.  Aku hanya bisa tersenyum dan menatap mereka.  Dan perlahan, cairan bening hangat mulai membasahi pipiku.  Air mataku mengalir begitu saja.  Aku berusaha untuk menahan air mataku.  Tiba-tiba mereka memeluku.  Memeluku erat hingga aku tidak bisa bernafas.  Bukan, ini bukan karena pelukan mereka.  Ini dikarenakan nafasku yang tercekat menaha tangis.  Aku tidak kuat lagi.  Aku menangis.  Air mata mengalir deras dari mataku.  Mereka membiarkan baju mereka basah oleh air mataku.  Aku menangis cukup lama dan cukup lama juga mereka tidak melepaskan ku dari pelukan.  Perlahan aku mulai tenang.  Dan melepaskan diri dari pelukan mereka.  Aku menutupi wajahku dengan kedua tanganku.  Aku merasakan wajahku memerah seperti tomat.  Dengan sabar mereka menungguku hingga aku menatap mereka berdua.  Dan begitu aku membuka mataku, mereka tersenyum.  Senyumpun kembali kepadaku.

Ya.  Aku sadar.  Tidak semua duniaku hancur.  Aku masih memliki dunia bersama mereka.  Dan aku tidak akan kubiarkan duniaku ini hancur.  Akan kupertahankan.  Dan pasti dapat kupertahankan, bersama dengan mereka berdua.

My world never end

Pengelolaan Sumber Daya Alam

Pengelolaan Sumber Daya Alam (PSDA) merupakan suatu disiplin ilmu dalam pengelolaan sumber daya alam seperti tanah, air, tanaman, dan hewan yang terfous pada efek pengelolaan terhadap kualitas kehidupan untuk generasi sekarang dan masa depan.  Disiplin ilmu ini terfokuskan pada ilmu alam dan teknik untuk mengerti suatu sumber daya alam dan ekologi serta kapasitas penopang kehidupan  dari penggunaan sumber daya alam.  Subjek dari PSDA adalah manusia, sedangkan objek PSDA adalah sumber daya alam, seperti tanah, air, hutan, tumbuhan, hewan, laut, kehidupan liar, dan lainnya.

Sumber daya alam yang berada di Bumi akan menjadi berarti jika dilakukan pengelolaan dengan baik serta suatu pengaturan agar sumber daya yang digunakan tidak melebihi yang seharusnya.  Kepemilikan sumber daya alam baru akan berguna dengan adanya suatu system yang mengalokasikan sumber daya alam.  Cara yang tepat untuk mengalokasikan sumber daya alam sangatlah dibutuhkan, karena penggunaan jangka panjang dari sumber daya lingkungan.

Dalam pengelolaan sumber daya alam terdapat batasan yang harus diketahui.  Penggunaan sumber daya alam yang melebihi batasnya akan menyebabkan terciptanya permasalahan, tempat yang baik untuk memulai adalah dengan mengklasifikasikan sumber daya berdasarakan pada karakteristik alokasi.  Pengklasifikasiaan sumber daya alam tersebut dapat berdasarkan pada kemampuan untuk memperbaharui, kegunaannya, dan ketidakpastian.

Kemampuan untuk memperbaharui dapat dibedakan berdasarkan tidak mampu memperbaharui dan mampu memperbaharui.  Pada dasarnya, solusi untuk masalah pengalokasian adalah dengan mempilih kemampuan untuk terkikis, sehingga sumber daya tersebut dapat digantikan dengan sumber daya yang lainnya.  Kegunaan dari sumber daya alam ada yang bisa digunakan secara langsung dan tidak dapat digunakan secara langsung.  Sumber daya alam yang tidak dapat digunakan secara langsung dan tidak dapat diperbaharui akan menimbulkan suatu permasalah dalam penggunaan dan jumlah sumber daya tersebut.  Contoh dari sumber daya alam yang tidak dapat digunakan secara langsung dan tidak dapat diperbaharui adalah aliran panas, angin, dan tidal.

Berdasarkan pada penggolongan sumber daya alam, maka dibutuhkan adanya pengaturan dalam pengelolaanny.  Pengaturan tersebut akan mempengaruhi arus ekonomi yang ada dalam peningkatan jumlah permintaan.  Pengaturan ini juga akan mempengaruhi pengelolaan dalam menentukan sumber daya yang akan dikelola sehingga akan menjadi sesuatu yang dapat bermanfaat.  Selain itu, pengaturan akan sangat bermanfaat dalam mengendalikan sumber daya alam, sehingga sumber daya yang ada tidak akan cepat terkikis atau habis.

Old Life

Anak pembawa sial.

Pergi sana.  Aku tidak ingin melihatmu.

Anak terkutuk. Hina.

            Aku tidak peduli.  Aku tidak peduli itu.  Biarkan saja.  Perasaanku telah mati.  Bagaikan sebuah boneka.  Tidak menolak.  Tidak bicara.  Tidak tersenyum.  Aku tidak hidup.  Hanya rasa hampa yang terasa.  Bagaikan sebuah boneka marionet.  Dikendalikan dan kosong.  Tapi, meskipun begitu, hanya satu hal yang ingin kuketahui.  Mengapa dia begitu membenciku?  Mengapa dia tidak mau menatapku?  Aku tidak berbuat salah.  Meskipun hanya sebuah boneka, tetap saja ada kalanya lelah terasa.  Serasa tubuh akanretak suatu saat nanti, bahkan pecah.

Hari ini.  Malam ini.  Lagi-lagi dia memukuliku.  Tanpa ada sebab yang pasti.  Aku tahu, aku tidak salah.  Tapi, kenapa dia membenciku?  Rasa sakit yang kuterima akibat pukulan, lemparan, tendangan, dan segala macam hal lainnya sudah tidak bisa kurasakan. Dan hinaan yang tak pernah lupa dilontarkannya dari bibir merahnya itu.   Tubuh ini sudah mati rasa—atau lebih tepatnya sudah terlalu biasa dengan rasa ini.  Hati ini sudah kebal dengan segala macam hinaan.  Mungkin, akan tiba saatnya aku menjadi seorang masochist.  Dia masih belum berhenti memukuliku.  Aku hanya terduduk.  Aku tidak pasrah, hanya tidak melawan.  Cairan berwarna merah keluar dari beberapa bagian tubuhku.  Dari mulutku, kepala, lutut, siku, dan punggungku.  Gelas-gelas bening yang mengenai tubuhku ternodai oleh merahnya warna darah.  Cairan merah yang menyatakan bahwa seseorang adalah manusia.  Ya, aku manusia.  Rasanya darah ku mendidih.  Tubuhnku memanas.  Tidak, aku tidak marah.  Namun secara perlahan, barang-barang disekelilingku melayang.  Dia berteriak.  Wajahnya pucat.  Aku tidak peduli.  Aku hanya memandanginya, entah kenapa, dengan rasa kasihan.  Wajahnya pucat.  Rasa iba kembali datang kepada ku.  Aku masih pada tempatku terduduk.  Dia ketakutan, sangat ketakutan.  Tapi, aku sama sekali tidak takut dengan apa yang terjadi disekelilingku.  Ini kemampuanku, tidak tahu ini kemampuan apa.  Hanya saja rasa hangat terasa didadaku.  Ini salah satu bagian tubuhku.  Tatapanmatakku masih lekat menatapnya.  Seorang wanita paruh baya yang mudah saja patah karena angin kencang yang berhembus.

“PERGI KAU! PERGI KAU! MAKHLUK TERKUTUK,” teriaknya.  Aku memandangnya yang menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.  Ketakutan terpancar kuat dari mata yang terlihat disela-sela jemari.

“PERGI KAU! AKU TIDAK INGIN MELIHATMU!!!” dia semakin histeris.  Semakin menjadi.  Melempari semua barang yang tergapai olehnya kearahku.  Tapi, tidak berhasil mengenaiku.  Barang-barang yang melayang disekelilingku seolah menjadi penghalang.

Sudahlah.  Aku tidak peduli lagi dengan wanita paruh baya itu. Aku menuruti kemauannya.  Tapi, kali ini aku memutuskan untuk benar-benar pergi dan tidak kembali kerumah itu.  Kurasa ini sudah saatnya.  Usiaku sudah cukup untuk mempertahankan diriku sendiri.  Meskipun aku ini seorang anak perempuan, bertubuh kecil dan kurus.  Aku melangkah mendekati pintu.  Memegang kenop dan memutarnya, kemudian mendorong pintu dihadapanku.  Aku kembali menatapnya.  Untuk terakhir kalinya.  Kubiarkan mataku menatap lekat dia yang ketakutan.  Orang yang dulu pernah menyayangiku seperti anaknya sendiri.  Dan kemudian membenciku seperti aku ini hanyalah sampah.

Aku melangkahkan kaki keluar rumah.  Aku biarkan angin malam menerpaku.  Kututup pintu, membuatku tidak dapat kembali melihatnya.  Dimalam yang dingin ini, hanya selembar kain yang kukenakan.  Angin malam yang menusuk terus menyelimutiku.  Sepetinya senang menggangguku.  Aku kini berjalan menyusuri jalanan yang diterangi oleh lampu-lampu.  Kupandangi langit, tidak ada sebuah bintangpun yang bersinar.  Bahkan, sepertinya blanpun menyelimuti diri.  Awan-awan hitam mulai membentuk perkumpulan.  Petir menyambar.  Aku tidak peduli.  Kuteruskan perjalananku.  Kulangkahkan kakiku kemanapun.  Mengikuti arah angin yang tek tentu.

Aku merasakan sesuatu.  Setetes air tepat mengenai hidungku.  Hujankah? Aku kembali menatap langit. Kilat terlihat oleh mataku, disusul dengan petir yang terdengar oleh telingaku.  Setetes demi setetes air mulai berjatuhan dari langit.  Air yang membuat bumi dan langit saling terhubung.  Aku tidak pergi untuk mencari tempat bernaung agar aku tidak kehujanan.  Kubiarkan air menyentuh tubuhku.  Kubiarkan tubuhku terbungkus oleh air yang menetes.  Hujan semakin deras, belum menunjukan tanda untuk berhenti.  Rasa lelah mulai terasa.  Aku duduk disebuah kursi di taman yang hanya diterangi oleh beberapa buah lampu.  Tentu saja taman itu kosong.  Kubiarkan punggung basahku menyenthk kursi. Kutelentangkan tubuhku.  Air masih terus berjatuhan.  Kupejamkan mataku.  Kubiarkan kegelapan memeluku.  Menelanku.  Aku terlelap dalam derasnya hujan dan gelapnya malam.  Semakin menjauhi alam sadarku.

***

            “Sharon, Sharon,” suara lembut seseorang memanggilku.  Aku tahu suara itu.  Dengan susah payah kubuka mataku.  Dan kembali menutup kedua mataku.  Sinar matahari terlalu menyilaukan.  Kubungkus tubuhku hingga kepala dengan selimut.  Biarkan saja kegelapan bersamaku.  Tapi, tubuhku terasa berat.  Ada sesuatu.  Sesuatu diatas tubuhku.  Aku sesak, aku akan remuk.  Kubuka selimut yang menutupi wajahku.

“Berat,” ucapku dengan susah payah.  Nafasku tercekat.  Bulu hangat menyentuh pipiku.  Aku membiarkan pipiku terbenam dalam bulu lebat itu.  Hangat.

“Sharon, ayo bangun.  Atau kau akan telat,” suara berat terdengar tepat disamping telingaku.  Hm?  Telat?  Untuk apa?  Aku kini berada di taman.  Dengan tubuh yang terbungkus oleh tetesan air dari langit.  Air?  Tapi, kenapa tubuhku hangat?  Ah, ini bukan air.  Aku membuka mataku.  Kupandang seorang anak laki-laki berambut coklat dan seekor harimau putih yang mampu berbicara.  Ternyata itu mimpi.  Mimpi ketika aku berusia delapan tahun.  Ketika aku hanya seorang diri.  Ketika aku hanya bisa mempercayai diriku sendiri.  Aku sudah bukan aku yang dulu.  Bukan lagi sebuah boneka marionet.  Tidak lagi terbungkus oleh rasa dingin.  Kini aku terbungkus oleh rasa hangat.  Bahagia.  Bersama dengan mereka yang menjadi matahariku.

Toksikologi

Toksikologi merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari pengaruh-pengaruh dari suatu bahan atau senyawa kimia yang bersifat merugikan bagi makhluk hidup. Pengaruh yang merugikan ini ditimbulkan karena adanya interaksi dari agent-agent toksik dengan suatu jaringan sebagai sel targetnya. Agent-agent toksik ini biasa disebut sebagai toksikan. Toksikan yang masuk kedalam tubuh ada yang bersifat langsung dan tidak langsung. Toksikan yang bersifat langsung merupakan jenis toksikan yang langsung mempengaruhi sel targetnya. Disamping itu toksikan yang bersifat tidak langsung adalah sisa metabolisme dari toksikan tersebut yang akan memberikan pengaruh negatif bagi makhluk hidup.

Toksik yang masuk kedalam tubuh akan menyerah suatu organ tertentu dan bersifat spesifik. Hal tersebut dikarenakan setiap organ memiliki jaringan dan sel yang khusus. Selain itu, toksikan tidak memberikan efek yang sama bagi semua organ. Pajanan dari multi-toksikan mungkin memiliki organ target yang sama.

Toksikan yang masuk kedalam tubuh akan diangkut oleh darah sehingga akan masuk kedalam hati dan ginjal. Hati dan ginjal merupakan organ yang melakukan perombakan terhadap darah. Sehingga, kemungkian untuk suatu zat toksik yang terbawa dalam darah untuk menuju ke hati dan ginjal akan semakin banyak. Toksik yang masuk kedalam tubuh dapat menyebabkan mutasi, sehingga toksik juga merupakan salah satu jenis mutagen (agen yang menyebabkan terjadinya mutasi).

Zat-zat toksis digolongkan dengan cara-cara yang bermacam-macam tergantung pada minat dan kebutuhan dari yang menggolongkannya. Sebagai contoh, zat-zat toksis dibicarakan dalam kaitannya dengan organ-organ sasaran dan dikenal sebagai racun liver, racun ginjal penggunaannya dikenal sebagai pestisida, pelarut, bahan additif pada makanan dan lain-lain dan kalau dihubungkan ke sumbernya dikenal sebagai toksin binatang dan tumbuhan kalau dikaitkan dengan efek-efek mereka dikenali sebagai karsinogen, mutagen dan seterusnya. Agent-agent toksis bisa juga digolongkan berdasarkan:

• Sifat fisik : gas, debu, logam-logam

• Kebutuhan pelabelan : mudah meledak, mudah terbakar, pengoksidir

• Kimia : turunan-turunan anilin, Hidrokarbon dihalogenasi dan seterusnya

• Daya racunnya : sangat-sangat toksik, sedikit toksik dan lain-lain.

Penggolongan agent-agent toksik atas dasar mekanisme kerja biokimianya (inhibitor-inhibitor sulfhidril, penghasil met Hb) biasanya lebih memberi penjelasan dibanding penggolongan oleh istilah-istilah umum seperti iritasi dan korosif, tetapi penggolongan-penggolongan yang lebih umum seperti pencemar udara, agen yang berhubungan dengan tempat kerja, dan racun akut dan kronis dapat menyediakan satu sentral yang berguna atas satu masalah khusus.

Hello world!

Just enjoy it,,and feel free to give any comment…

 

oh, I’m forget about my sister chezee and berry..don’t forget to look at them too.

Blog Stats

  • 3,607 hits